A.
Definisi
Tunagrahita
Ditinjau dari akar katanya,
Tunagrahita berasal dari kata tuna dan rahita, tuna yang artinya merugi dan
rahita yang artinya pikiran.
Tunagrahita adalah anak yang secara
nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah
rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas
akademik, komunikasi maupun social, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan
khusus (Direktorat PLB, 2004)
Menurut Nakata (2003), intellectual disability untuk anak-anak
tunagrahita mempunyai arti :
1. Mereka yang terlambat perkembangan
intelektualnya, kesulitan mengemukakan maksudnya kepada orang lain, dan
memerlukan bantuan yang sering dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mereka yang terlambat tingkat
intelektualnya yang tidak lebih baik
dari nomor 1, sering mengalami kesulitan yang signifikan untuk
beradaptasi dalam kehidupan sosial.
Tahun 2002, American Association on
Mental Retardation (AAMD) mengeluarkan definisi baru tentang tunagrahita
(berlaku untuk anak yang ketunagrahitaannya terjadi sebelum usia 18 tahun) yang
berbunyi :
“Retardasi mental (tunagrahita)
adalah kelainan yang ditandai dengan adanya keterbatasan yang signifikan dalam
aspek fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang diekspresikan dalam bentuk
konseptual, social, dan praktek keterampilan adaptif.”
Lima asumsi penting untuk menerapkan
definisi di atas adalah :
1. Keterbatasan dalam fungsi saat ini
harus dipertimbangkan dalam konteks lingkungan masayarakat yang bercirikan
budaya dan usia sebaya dengan individu yang bersangkutan.
2. Asesmen yang valid harus
mempertimbangkan adanya keanekaragaman budaya dan bahasa sebagaimana adanya
perbedaan dalam faktor komunikasi, sensori, gerak, dan perilaku.
3. Dalam diri individu, keterbatasan
sering ada bersamaan dengan kekuatan.
4. Tujuan penting menggambarkan
keterbatasan adalah untuk mengembangkan profil dukungan yang diperlukan.
5. Dengan dukungan personal yang sesuai
selama masa hidupnya, maka fungsi kehidupan orang dengan ketunagrahitaan secara
umum dapat ditingkatkan.
B.
KLASIFIKASI ANAK
TUNAGRAHITA
Berdasarkan
tinggi rendahnya kecerdasan intelegensi yang diukur dengan menggunakan tes
Stanford Binet dan skala WISC, tunagrahita digolongkan menjadi 4 yaitu :
1. Kategori
Ringan (Debil atau Moron)
Anak
tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda
dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70.
Berdasarkan tes Binet kemampuan IQ nya 68-52 sedangkan dengan tes WISC 69-55.
Anak tunagrahita ringan biasanya mengalami kesulitan dalam belajar dan sering tinggal
kelas daripada naik kelas.
2. Kategori
Sedang atau Imbesil
Biasanya
memiliki IQ 35-40 sampai 50-55. Menurut hasil tes Binet IQ pda golongan Imbesil
adalah 53-36 sedangkan tes WISC menunjukkan IQ 54-40. Pada penderita sering
ditemukan kerusakan otak dan penyakit lain. Ada kemungkinan juga mengalami
disfungsi saraf yang mengganngu keterampilan motorik. Pada jenis ini penderita
bisa dideteksi sejak lahir karena pada masa pertumbuhannya penderita mengalami
keterlambatan keterampilan verbal dan social.
3. Kategori
Berat (Severe)
Kategori
ini memiliki IQ 20-25 sampai 35-45.
Menurut hasil tes Binet IQ penderita 32-20 sedangkan menurut tes WISC adalah
39-25. Penderita mengalami abnormalitas fisik bawaan dan control sensori motor
yang terbatas.
4. Kategori
Sangat Berat (Profound)
Pada
kategori ini penderita memiliki IQ yang sangat rendah. Menurut tes Binet, IQ
penderita berada di bawah 19 sedangkan menurut tes WISC IQ nya di bawah 24.
Banyak penderita yang mengalami cacat fiisk dan kerusakan saraf. Tak jarang
pula penderita yang meninggal.
C.
Faktor penyebab terjadinya Tunagrahita
1. Prenatal
1) Faktor keturunan
a. Down
syndrome. Down syndrome (DS)mungkin merupakan kelainan genetik yang paling
banyak diketahui yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan. Satu diantara 800
sampai 1000 anak dilahirkan dengan DS (National Down Syndrome Society, 2003) sangat
jelas. Biasanya setiap individu mempunyai empat puluh enam kromosom, masing –
masing ibu dan bapak menyumbangkan dua puluh tiga kromsom. Pada individu dengan
DS, muncul kromosom tambahan berupa pasangan dua puluh satu kromosom, oleh
karena itu sindrome itu sering disebut Trisomy 21. Apabila anak – anak seperti
ini berusia muda, mereka biasanya memiliki kualitas otot yang buruk dan mungkin
disebut anak lemah. Mereka juga memiliki mata yang kecenderungan melihat ke
atas dan telinga kecil, dan lidahnya kelihatan besar untuk ukuran mulutnya.
Kurang lebih setengah dari jumlah anak seperti ini memiliki kelainan
pendengaran dan penglihatan.
b. Fragile
X syndrome. Fragile X syndrome, kadang – kadang disebut Martin – bell syndrom,
merupakan bentuk paling umum dari ketunagrahitaan yang diturunkan. Laki – laki
dan perempuan dapat membawa kelainan, tetapi hanya ibu yang dapat meneruskan
kelainan pada anaknya. Syndrom ini terjadi karena adanya mutasi dalam satu gen
di kromosom X. Laki – laki dengan kelainan ini biasanya mempunyai
ketunagrahitaan yang signifikan, sedangkan perempuan biasanya kelainan ringan.
Individu dengan sindrom Fragil X ini biasanya memiliki bentuk wajah yang
panjang, telinga yang lebar, dan otot – otot yang lemah, tetapi umumnya mereka
sehat.
c. Prader
– willi syndrome
Prader
– Willi sindrome tidak sebanyak Down Syndrome dan Fragile X syndrome,
terjadinya kurang lebih 1 berbanding 14.000 bayi. Sindrom ini muncul disebabkan
oleh adanya mutasi beberapa macam kromosom 15 (contoh: kromosom bapak hilang
dari anak, seorang ibu memberikan sekaligus dua kromosom 15 menggantikan
kromosom bapaknya)
Anak
– anak dengan Prader – willi syndrome biasanya memiliki ketunagrahitaan yang
ringan dan sedang, dan diantara mereka mempunyai kemampuan di bawah rata – rata
sampai rata – rata (Prader – willi Syndrome Association, 2003).
2) Fetal
alcohol syndrome (FAS). Fetal alcohol syndrome timbul sebagai akibat dari ibu
ketika mengandung sering mengkonsummsi alcohol yang berdampak terhadap janin
dalam kandungannya. Siswa dengan syndrome ini biasanya dalam perkembangannya
memiliki tubuh yang kecil dan lamban dibandingkan dengan anak-anak yang
lainnya. Mata mereka biasanya kecil dengan kelopak mata yang jau, mungkin tidak
ada jarak antara bibir atas dengan hidung, dan bagian bawah dari wajahnya
kelihatan datar. Siswa-siswa sepert ini biasanya memiliki ketunagrahitaan yang
ringan atau sedang, mereka juga memiliki waktu perhatian yang pendek dan
hiperaktifitas, kesulitan belajar, serta kordinasi yang jelek.
3) Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan hal
yang penting bagi perkembangan individu terutama perkembangan sel – sel otak.
Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan
gizi diantaranya sebagai berikut :
-
Phenylketonuria (PKU).
Phenylketonuria merupakan kelainan metabolic diwariskan yang dapat
mengakibatkan ketunagrahitaan apabila tidak segera ditangani. PKU terjadi
ketika tubuh tidak mampu ubtuk memproduksi kimia yang diperluan untuk mengganti
yang lainny, hal ini disebabkan oleh adanya racun kimia. Penanganan terhadap
PKU harus segera dilakukan begitu terdeteksi, dan termasuk di dalamnya harus
melakukkan diet dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung phenylalanine yang
rendah.
4) Trauma dan zat radioaktif
Trauma otak yang terjadi dikepala
dapat menyebabkan pendarahan intracranial terjadinya kecacatan pada otak. Ini
biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu
(tang). Selain itu, penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan
mengakibatkan cacat mental microcephaly.
5) Masalah pada kelahiran
Adanya kelahiran yang disertai
hypoxia (kejang dan nafas pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan dilahirkan
menderita kerusakan pada otak.
6) Toxoplasmosis.
Toxoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit. Parasit ini
menyebar melalui kotoran kucing. Namun
infeksi parasit itu biasanya tidak masalah, karena system kekebalan tubuh
mencegahnya dari sakit bagaimanapun
seorang ibu yang terkena parasit ini dapat menularkan kepada anaknya
yang ada di dalam kandungannya
2. Perinatal
Dalam
beberapa contoh, masalah terjadi ketika proses kelahiran atau beberapa saat
setelah kelahiran anak mengalami ketunagrahitaan. Sebagai contoh, bayi yang
lahir prematur dengan berat badan 3,3 pon beresiko 10 – 20 % memiliki
ketunagrahitaan (Beer & Berkow, 2003).
Kategori
lainnya yang menyebabkan ketunagrahitaan selama proses perinatal adalah luka
pada otak. Sebagai contoh, apabila bayi kekurangan oksigen ketika lahir,
ketunagrahitaan mungkin terjadi. Demikian juga, jika bayi terluka kurang
tepatya penggunaan alat atau prosedur yang diikuti selama proses kelahiran,
maka akan dapat mengakibatkan ketunagrahitaan.
3. Postnatal
1) Encephalitis
Encephalitis
adalah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan kerusakan pada otak dan
hal itubisa disebabkan oleh kuman virus infeksi. Vaksinasi telah mengurangi
kemungkinan lebih besar anak terserang kuman virus infeksi ini (contohnya: measles,
mumps, atau chickenpox), tetapi penyakit ini juga dapat ditularkan melalui
jenis nyamuk dan binatang tertentu yang memiliki rabies. Dalam beberapa kasus,
enchepatlitis mnyebabkan keterbelakangan mental.
2) Keracunan
timah hitam
Keracunan
timah hitam dapat mengakibatkan timbulnya ketunagrahitaan pada seorang anak.
Diperkirakan bahwa hampir setengah juta anak – anak usia satu sampai lima tahun
mempunyai kandungan timah hitam yang tinggi dalam darahnya (Center for disease
Control an Prevention, 2003). Seperti halnya fetal alcohol syndrome (FAS),
timbulnya ketunagrahitaan akibat dari keracunan timah hitam ini bisa dicegah.
3) Luka
otak
Setiap
kejadian yang mngakibatkan luka pada otak dapat menyebabkan ketunagrahitaan
pada anak. Contoh: jatuh dari sepeda atau alat – alat bermain lainnya,
kecelakaan lalu lintas, tenggelam mengakibatkan oksigen terhambat, dan
kekurangan.
4) Faktor lingkungan
Latar belakang pendidikan orang tua
sering juga dihubungkan dengan masalah – masalah perkembangan. Kurangnya
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan
dalam memberikan rangsang – rangsang positif dalam masa perkembangan anak dapat
menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan
anak. Kurangnya kontak pribadi dengan anak, misalnya dengan tidak mengajaknya
bicara, tersenyum, bermain yang mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin
dan menutup diri. Kondisi yang demikian akan berpengaruh buruk terhadap
perkembangan anak baik fisik maupun mental intelektualnya.
D.
Karakteristik anak Tunagrahita
Ketika
membicarakan karakteristik umum anak dengan ketunagrahitaan, penting untuk
diketahui bahwa, meskipun sebagai kelompok mereka mungkin mempunyai kebiasaan
yang sama,tetapi tidak semua individu dengan ketunagrahitaan memiliki
karakteristik tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku dan fungsi
individu diantara mereka, misalnya : usia kronologis, berat ringan kelainan,
faktor penyebab, dan kesempatan pendidikan. Dan mereka saling berbagi dalam
banyak kebutuhan yang sama, seperti: sosial, emosional, fisik.
1) Karakteristik
belajar
Paling umum untuk
menentukan karakteristik seorang dengan ketunagrahitaan adalah adanya kelainan
dalam fungsi kongnitif. Para peneliti biasanya bukan berhubungan dengan
kemampuan intelektual orang tersebut, tetapi pada dampak rendahnya IQ yang
dimiliki pada kemampuan belajar individu, perolehan informasi, proses
informasi, dan penerapan pengetahuan dalam berbagai setting baik sekolah maupun
masyarakat. Belajar merupakan konsep yang sulit untuk didefinisikan, dalam
berbagai hal belajar adalah sesuatu yang unik bagi individu, dan di dalamnya
banyak terdapat proses kongnitif yang saling berhubungan. oleh karena itu
belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Dibawah ini akan dikemukakan
beberapa karekteristik yang berpengaruh terhadap belajar.
2) Perhatian
Perhatian, merupakan
konsep yang multi diensi, memainkan peranan yang penting dalam belajar. Banyak
kesulitan pada individu dengan ketunagrahitaan disebabkan oleh adanya
kekurangan perhatian. Tomporowski dan Tinsley (1997) membuat suatu teori bahwa
individu dengan ketunagrahitaan mengalami kesulitan memfokuskan perhatian,
mempertahankannya, dan memilih berbagai rangsangan yang sesuai. Mereka juga
kurang perhatian terhadap tugas.
3) Daya
ingat
Daya ingat atau memori,
sebagaikomponen penting dari belajar, sering mengalami kelainan pada anak-anak
engan ketunagrahitaan. Secara umum dapat dikatakan, bahwa tambah berat
ketunagrahitaan, tambah besar kurangnya daya ingat ( Drew & Hardman,2004).
Para peneliti awal meneliti tentang proses memori pada individu dengan
ketunagrahitaan dengan membedakan antara short – term memory (STM) atau memori
jangka pendek – data dipanggil kembali setelah beberapa menit atau jam – dan
long term memory (LTM) atau memori jangka panjang – data di panggil kembali
setelah beberapa hari atau bulan kemudian. Percobaan awal menunjukkan bahwa
orang dengan ketunagrahitaan mengalami kesulitan dengan STM dalam belajar
(mengingat kembali perintah secara berurutan), tetapi ketika LTM dicoba (mengingat
kembali nomer telepon atau alamat rumah) individu-individu dengan
ketunagrahitaan menunjukkan hal yang bisa di bandingkan dengan anak-anak sebaya
lainnya yang tidak tuna grahita. Sayangnya banyak upaya penelitian awal ini
diganggu oleh kurangnya metodologi, membuat sulit menginterprestasikan hasil.
Kadang – kadang para peneliti mengubah pandangannya dari model LTM lawan STM ke
pertimbangan- pertimbangan model memori sebagai suatu komponen penting dalam
proses informasi.
4) Kinerja
akademik
Siswa – siswa dengan
ketunagrahitaan lemah dalam berhitung tapi kinerja mereka lebih dari usia
mentalnya ( Drew & hardman , 2004) ingat, bukan berarti dia lemah dalam
aspek akademik lalu dia tidak bisa berprestasi baik dalam kegiatan – kegiatan
sekolah lainnya seperti atletik atau seni.
5) Motivasi
beberapa siswa dengan
ketunagrahitaan mempunyai kesamaan karakteristik dengan siswa berkesulitan
belajar. Mereka mengalami masalah dalam motivasi dan kurang berdaya dalam
belajar,ada kecenderungan untuk mudah menyerah. Untuk siswa dengan
ketunagrahitaan, kurang berdayanya mereka dalam belajar bukan sebagai akibat
dari adanya rasa frustasi terhadap tugas yang harus dikerjakannya. Hal itu
muncul kadang – kadang sebagai akibat dari adanya bantuan berlebihan yang diberikan
oleh guru dan teman sekelasnya.
6) Generalisasi
Kemampua untuk
mempelajari suatu tugas atau ide dan kemudian menerapkannya dalam suatu situasi
yang lain disebut generalisasi. Apabila seorang siswa belajar tentang bahasa
yang berhubunga dengan kata sifat agar tulisaanya lebih menarik dan kemudian
dia mempergunakan kata sifat tersebut ketika menulis karangan dalam pelajaran
ilmu sosial, disitulah generalisasi telah terjadi. Siswa dengan ketunagrahitaan
mempunyai kesulitan mengeneralisasikan dalam tugas – tugas akademik, perilaku,
dan interaksi sosial. Sehubungan dengan itu, guru harus merencanakan untuk
membuat generalisasi, dimana generalisasi tidak datang secara otomatis.
7)
Perkembangan bahasa
Banyak anaka dengan
ketunagrahitaan mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Sebagai
contoh, memerlukan waktu yang lama bagi seorang anak dengan ketunagrahitaan
ketika belajar konsep atas garing bawah dan naik garing turun. Mereka juga
kesulitan untuk mempelajari kata – kata yang sangat abstrak dan akan sangat membantu
apabila para ahli dapat membuat kata – kata tersebut menjadi lebih konkrit.
8) Karakteristik
sosial dan perilaku
Kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain merupakan keterampilan penting yang perlu
dimiliki oleh seorang anak, tidak hanya anak- anak pada umumnya tapi pada anak
– anak ketunagrahitaan. Pada kenyataannya, dalam situasi tertentu, adptasi
sosial mungkin lebih penting daripada kemampuan intelektual. Individu dengan
ketunagrahitaan biasanya disertai dengan keterampilan interpersonal ynag jelek
dan kurang penyesuaian sosial atau perilaku yang tidak matang, akibatnya mereka
sering dihadapkan dengan penolakan dari teman sebaya dan teman – teman
dikelasnya. Green span dan love (1977) mengemukakan bahwa berhasil atau
gagalnya siswa dengan ketunagrahitaan yang ditempatkan dikelas umum sering
ditentukan oleh keterampilan sosialnya. Keterbatasan dalam kemampuan sosial ini
dapat menimbulkan kesulitan yang signifikan dalam memperoleh kesempatan untuk
berpartisipasi dilungkungan yang lebih normal. Pembelajaran keterampilan sosial
yang langsung merupakan salah satu cara untuk membantu meningkatkan
perkembangan sosial anak dengan ketunagrahitaan.teknik modifikasi perilaku
dapat mengurangi perilaku sosial yang kurang sesuai dengan perilaku yang
diinginkan atau diterima oleh masyarakat. Modeling tentang perilaku yang
dilakukan oleh
teman – teman sekelasnya merupakan model lain yang dapat diberikan kepada siswa
denga ketunagrahitaan agar mereka dapat lebih memahami perilaku sosial yang
atraktif, yang pada akhirnya akan muncul penerimaan dari teman sebayanya.
E. Pembelajaran bagi anak Tunagrahita
1) Prinsip dalam pembelajaran anak tunagrahita
Membuat perencanaan untuk generalisasi dan membuat konsep-konsep
yang abstrak menjadi lebih kongkrit merupakan beberapa strategi penting dalam
pendidikan bagi anak dengan ketunagrahitaan.
Sedangkan prinsip dalam memberikan pendidikan bagi penyandang
tunagrahita adalah :
1)
Prinsip
kasih sayang
Untuk mengajarkan anak-anak
penyandang tunagrahita dalam belajar, diperlukan kasih sayang yang mendalam dan
kesabaran yang besar dari guru atau orang-orang disekitarnya.
2)
Prinsip
keperagaan
Saat proses belajar mengajar
hendaknya penyandang tunagrahita perlu dibawa ke lingkungan yang nyata,
pelajaran dikaitkan dengan benda kongkret ataupun alat peraga.
2)
Strategi atau Metode untuk
pembelajaran bagi anak tunagrahita
Untuk pembelajaran anak dengan
ketunagrahitaan dapat digunakan beberapa strategi atau metode khusus untuk anak tunagrahita. Berikut ini
beberapa strategi yang bisa diterapkan di sekolah untuk pembelajaran bagi anak
tunagrahita :
a. Analisis tugas
a)
Guru
harus memperinci berbagai tugas atau kegiatan kedalam langkah-langkah kecil
b)
Mengajarkan
langkah-langkah tersebut kepada siswa.
c)
Siswa
mempelajari setiap langkah kecil dari suatu proses dengan dibantu guru.
d)
Pada
akhirnya siswa mampu melakukan setiap tugas sampai pada tugas yang cukup rumit.
b. Pembelajaran dengan menggunakan
teman sebaya
a) Teman mengajar teman
b) Strategi pembelajaran kooperatif
yang melibatkan sekelompok siswa di dalamnya.
c) Tutor teman sebaya, misalnya :
1) Siswa berteman, disiapkan bahan
pelajaran, dan diharapkan adanya saling membantu antar teman sesuai tujuan
belajar.
2) Pendekatan melalui pasangan siswa
yang usianya lebih tua belajar bersama siswa yang lebih muda.
3) Pendekatan pasangan siswa yang
kemampuan akademisnya tinggi belajar bersama siswa yang kemampuan akademisnya
kurang dalam kelasnya.
4) Classwide peer tutoring (CWPT) :
tutor teman sebaya kelas yang lebih luas. Semua siswa dapat berpartisipasi
sebagai murid atau guru.
c. System Lesson Study, terdiri atas
tiga langkah yaitu :
1) Menyusun rencana pembelajaran
2) Melaksanakan praktik pembelajaran
3) Evaluasi dan tindak lanjut.
Perencanaan dilakukan dengan menentukan
topik pembelajaran dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi
persoalan-persoalan yang ada. Selanjutnya menyusun dan mengembangkan model yang
sesuai dengan kebutuhan anak. Tahap pembelajaran dilakukan oleh seorang guru
dalam kelompok, sementara anggota lain mengamati dan memberi masukan. Setelah
itu dilakukan diskusi dan pembahasan mengenai berbagai hal yang telah dilakukan
dalam pembelajaran.
3) Implikasi
pendidikan bagi anak tunagrahita
Anak tunagrahita membutuhkan
perhatian yang lebih dalam pengenalan dan pemahaman akan suatu materi, oleh
karena itu bagi anak-anak penyandang tunagrahita dibutuhkan pendekatan antara
lain :
1) Occuppasional Therapy ( Terapi Gerak
)
Terapi ini diberikan untuk melatoh
secara utuh fungsi gerak tubuh.
2) Play Therapy ( Terapi Bermain )
Terapi ini diberikan karena dapat
memudahkan anak tunagrahita menangkap sesuatu yang menjadi metode mereka
belajar, misalnya mengajari berhitung dengan bermain jual beli.
3) Activity Daily Living ( Kemampuan
Merawat Diri )
Anak diajarkan agar dapat mandiri
dengan melakukan segala sesuatu (yang tidak berbahaya) sendiri sehingga dapat
mengembangkan potensi masing-masing serta anak dapat belajar mempertahankan
diri dari segala kemungkinan yang akan dating.
4) Life Skill ( Keterampilan Hidup )
Keterampilan bagi anak tunagrahita
merupakan bekal yang cukup penting sehingga mereka bisa bersaing dengan
anak-anak normal. Hal ini juga membuat keberadaan mereka diakui oleh
lingkungannya.
5) Vocational Therapy ( Terapi Bekerja
)
Selain diberikan sebuah
keterampilan, anak tunagrahita juga diberikan bekal latihan untuk dapat bekerja.
4) Model
Pelayanan Pendidikan bagi anak tunagrahita
1)
Kelas Transisi
Kelas ini di peruntukan bagi
anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak tunagrahita. Kelas transisi
sedapat mungkin berada di sekolah regular, sehingga pada saat tertentu anak
dapat bersosialisai dengan anak lainya.
2)
Sekolah khusus (sekolah luar
biasa bagian C dan C1)
Pelayanan pendidikan untuk
anak tunagrahita model ini diberikan pada sekolah luar biasa. Dalam satu kelas
maksimal 10 anak yang sama0sama tunagrahita dengan seorang pembimbing atau pengajar khusus. Kegiatan
belajar mengajar seharian penuh berada di kelas khusus.
3)
Pendidikan terpadu
Layanan pendidikan ini
diselenggarakan di sekolah regular untuk anak dengan tunagrahita ringan. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak regular di kelas yang sama dengan
bimbingan guru regular. Untuk mata pelajaran tertentu jika anak tunagrahita
mengalami kesulitan maka dibantu guru pembimbing khusus dari SLB terdekat.
4)
Program sekolah dirumah
Program ini diperuntukan bagi
anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena
keterbatasannya. Guru PLB / GPK didatangkan ke rumah. Hal ini dilaksanakan atas
kerja sama antara orang tua, sekolah, masyarakat.
5)
Pendidikan inklusif
Model ini menekankan pada
keterpaduan penuh, menghilangkan keterbatasan anak dengan prinsip education for
all. Layanan pendidikan insklusif diselenggarakan pada sekolah regular.anak
tunagrahita belajar dengan anak lainnya dalam kelas regular.dan di bimbing
dengan guru yang sama. Dalam kelas inklusif siswa dibimbing oleh 2 orang guru,
satu guru kelas regular dan satu guru khusus.
6)
Panti (gria) rehabilitasi
Panti ini diperuntukan bagi
anak tunagrahita pada kategori berat ,yang mempunyai kemampuan pada tingkat
sangat rendah dan umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan ,pendengaran ,atau
motorik. Program ini lebih terfokus pada perawatan.
Pengembangan
pada panti ini terbatas dalam hal :
a)
pengenalan diri
b)
sensor motor dan persepsi
c)
motorik kasar dan ambulasi
(pindah dari satu tempat ke tempat lain )
d)
kemampuan bahasa dan
komunikasi
e)
bina diri dan kemampuan
sosial
Sumber : Buku ABK dan beberapa blog yang saya lupa alamatnya.. hehehe